Scroll untuk membaca artikel
Religi

Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pengakuan Para Cendekiawan Dunia

×

Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pengakuan Para Cendekiawan Dunia

Sebarkan artikel ini
Dokumen: JatimTrending.id
Dokumen: JatimTrending.id

Penulis: Muhammad Ali Muhsin Rofiey Notonegoro, Ama.Spd.I.
Wakil Sekretaris MD KAHMI Kabupaten Pamekasan.

PAMEKASAN | JATIM TRENDING.ID — Nikmat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada umat manusia adalah diutusnya Nabi Muhammad saw. Kehadiran beliau bukan hanya sebagai pembawa risalah ketauhidan, tetapi juga sebagai penuntun peradaban dan rahmat bagi seluruh alam semesta.

Scroll Untuk Membaca Artikel
Scroll Untuk Membaca Artikel

Syaikh Ibnu Rajab al-Hanbali melalui karyanya Lathaiful Ma’arif menegaskan bahwa sepanjang tahun Hijriah, ibadah sunnah memiliki nilai spiritual. Kehadiran Nabi saw memperkaya dimensi keagamaan sekaligus menata nilai kemanusiaan universal.

Rasulullah saw lahir di Makkah, Senin 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (570 M). Beliau muncul pada era masyarakat jahiliyah yang penuh penyimpangan moral, sosial, dan spiritual, sehingga risalah kenabiannya menjadi transformasi sejarah besar.

Sejak masa kecil, tanda kenabian Muhammad saw telah dikenali oleh para pemuka agama. Pendeta Buhaira melihat tanda kenabian dalam dirinya. Bahkan teks-teks Yahudi dan Kristen telah meramalkan kedatangan seorang nabi akhir zaman.

Baca Juga :  Keutamaan dan Tata Cara Sholat Taubat: Kunci Ampunan dan Ketenangan Hati

Montgomery Watt dalam Muhammad: Prophet of Islam menyebutkan nubuat tersebut bagian dari kesadaran kolektif masyarakat Semit. Hal ini menegaskan kesinambungan kenabian Muhammad saw dengan tradisi profetik sebelumnya yang diakui lintas agama.

Pada usia 40 tahun, Nabi saw menerima wahyu pertama di Gua Hira. Misi kenabiannya menghadapi perlawanan keras kaum Quraisy, namun beliau tetap teguh hingga berhasil mengubah wajah masyarakat Arab secara total.

Karen Armstrong dalam Muhammad: A Biography of the Prophet menilai Nabi saw tidak hanya menyebarkan agama, tetapi juga membangun sistem sosial yang egaliter, menekankan keadilan, solidaritas, serta menghormati martabat manusia tanpa diskriminasi.

Michael H. Hart dalam The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History menempatkan Muhammad saw di peringkat pertama tokoh paling berpengaruh. Beliau berhasil memimpin revolusi spiritual sekaligus politik dengan gemilang.

Hart menekankan bahwa Muhammad saw tidak hanya mendirikan agama, melainkan sistem kehidupan menyeluruh. Beliau menyatukan suku-suku Arab yang terpecah, menciptakan fondasi peradaban baru yang kemudian berkembang menjadi kekuatan global.

Baca Juga :  Amalan Pelancar Rezeki: Usaha Batin Menuju Keberkahan Dunia Akhirat

Will Durant dalam The Story of Civilization menggambarkan Rasulullah saw sebagai reformator sosial dan politik. Piagam Madinah yang dirumuskan beliau merupakan dokumen awal yang menegaskan prinsip hukum, toleransi, dan pluralisme.

Mahatma Gandhi melalui Young India menegaskan bahwa kekuatan Nabi Muhammad saw bukanlah pedang, tetapi kesederhanaan, ketulusan, serta kejujuran. Nilai-nilai inilah yang membuat jutaan manusia mengikuti ajarannya dengan penuh cinta.

Lamartine, penyair Prancis, menyebut Nabi Muhammad saw sebagai sosok jenius sejati. Beliau tidak hanya seorang pemimpin politik, melainkan juga pembimbing umat, yang sabar menghapus tradisi jahiliyah dan menegakkan kebenaran.

Orientalis Prancis, Gustave Le Bon, dalam La Civilisation des Arabes menulis bahwa Nabi saw menunjukkan sikap penuh kesabaran menghadapi musuhnya. Beliau memurnikan Ka’bah dari berhala dan menjadikannya pusat ibadah tauhid.

Filsuf Rusia, Leo Tolstoy, menyebut Muhammad saw sebagai penyelamat umat manusia. Ajaran beliau membebaskan masyarakat dari adat tercela, membuka jalan menuju kemajuan, serta menghadirkan syariat yang sejalan dengan akal sehat dan kebijaksanaan.

Baca Juga :  H Her Ajak Masyarakat Madura di Jabodetabek Rayakan Maulid Nabi dan Ngopi Bareng di Monas

Herbert Spencer, filsuf Inggris, mengakui bahwa Nabi Muhammad saw adalah teladan politik agama yang benar. Kejujuran dan amanahnya menjadi fondasi kepemimpinan, yang dibuktikan dengan dedikasi beliau membimbing umat sepanjang siang dan malam.

Pengakuan lintas tokoh dunia tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw bukan sekadar figur spiritual, melainkan pemimpin universal. Beliau berhasil menyatukan dimensi agama, politik, sosial, dan moral ke dalam satu sistem peradaban.

Kekuatan Nabi saw terletak pada integritas, keteguhan, dan visi global. Beliau mengubah masyarakat tribal yang terpecah menjadi bangsa berperadaban. Inilah bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang mendorong kemajuan umat manusia.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw bukan hanya momentum ritual, melainkan refleksi mendalam. Umat Islam dituntut meneladani akhlak, visi, dan kepemimpinan beliau dalam membangun masyarakat yang adil, beradab, dan bermartabat.

Dengan demikian, pengakuan cendekiawan lintas bangsa membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan sosok paling berpengaruh dalam sejarah. Beliau menegakkan risalah ilahi, memimpin umat manusia, dan membangun fondasi peradaban global yang abadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *