Penulis: Abuya Ahmad Yani Illiyin
Pengasuh Pondok Pesantren Al Illiyin Gresik sekaligus Ketua Tanfidziyah PW JATMA ASWAJA Jawa Timur.
GRESIK | JATIM TRENDING.ID — Ruh idhafi dipahami sebagai pusat penggerak jasad yang pada hakikatnya berhubungan erat dengan kehidupan spiritual manusia. Jasad tidak mungkin bergerak tanpa adanya ruh, sedangkan ruh sendiri memperoleh gerakan dari sumber kehidupan yang lebih tinggi, yaitu hayat.
Hayat tidak berdiri sendiri, melainkan mendapat daya dari jiwa. Jiwa kemudian digerakkan oleh akal, sementara akal memperoleh pengaruh dari hati. Semua unsur ini saling terhubung, sehingga membentuk struktur kesadaran manusia yang kompleks dan harmonis.
Namun, pada lapisan terdalam, nafas dipandang sebagai manifestasi ruh idhafi. Nafas ini tidak hanya berfungsi biologis, tetapi juga mengandung dimensi metafisis. Nafas digerakkan oleh sirrullah, yaitu rahasia ketuhanan yang tersembunyi.
Sirrullah selanjutnya berhubungan erat dengan nurullah, cahaya ilahi yang menjadi sumber segala energi spiritual. Baik sirrullah maupun nurullah pada akhirnya ditopang oleh baqā’ Allah, yaitu keberadaan Tuhan yang kekal tanpa batas.
Tuhan menggerakkan seluruh pancaran cahaya melalui kehendak-Nya, memantulkannya ke dalam cahaya ruh. Dari sana, tersalurlah kasih dan rahmat-Nya bagi hamba-hamba yang terjerumus dalam bujuk rayu hawa nafsu hayawaniyyah.
Dalam hubungan antara nurullah, sirrullah, dan baqā’ Allah, Allah menampilkan sosok mursyid kāmil mukammil. Seorang mursyid berperan sebagai pancaran cahaya penuntun yang membimbing ruh idhafi manusia menuju jalan lurus.
Oleh karena itu, penting bagi setiap jiwa untuk menyambungkan nafas nufus ruhaniyah kepada seorang mursyid. Hal ini memungkinkan terbukanya hubungan khusus dengan sirr al-asrār, rahasia terdalam yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta alam semesta.