PAMEKASAN| JATIMTRENDING.ID — Bupati Pamekasan KH Kholilurrahman secara resmi melepas 1.032 calon jamaah haji (CJH) asal Pamekasan, Madura, dalam acara pelepasan yang digelar di Masjid Agung Asy-Syuhada, Sabtu (3/5/2025).
Pemberangkatan CJH terbagi dalam lima kelompok terbang: kloter 27, 28, dan 29 berangkat pada 9 Mei, kloter 49 pada 15 Mei, serta kloter 95 pada 29 Mei 2025.
Bupati menekankan bahwa keberangkatan ini bukan hanya peristiwa administratif, melainkan perjalanan spiritual yang sarat makna dan penuh tanggung jawab moral kepada Tuhan dan masyarakat.
Dalam sambutannya, ia mengajak seluruh jamaah untuk meluruskan niat, mengingat bahwa ibadah haji adalah ibadah fisik dan mental yang memerlukan kesabaran serta keikhlasan.
Menurutnya, keberangkatan ke Tanah Suci adalah kesempatan langka yang kini memiliki masa tunggu lebih dari 30 tahun, sehingga harus dijalani dengan sungguh-sungguh dan penuh syukur.
Ia menekankan bahwa di tengah berkah yang besar, ujian dan tantangan pasti akan muncul, dan ketabahan menjadi kunci utama dalam menjalani ibadah secara tuntas dan bermakna.
Kepemimpinan KH Kholilurrahman mencerminkan pendekatan humanistik yang menggabungkan peran birokratis dan keagamaan dalam merawat hubungan antara negara, agama, dan masyarakat.
Ia juga mendorong para jamaah untuk memanfaatkan momen ini sebagai bentuk pengabdian spiritual yang mampu memperkuat komitmen sosial dan nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat.
Bupati turut menitipkan harapan agar para jamaah tidak hanya mendoakan diri sendiri, namun juga memanjatkan doa untuk kemajuan dan keberkahan Kabupaten Pamekasan.
Permintaan ini menunjukkan pemahaman bahwa kekuatan spiritual kolektif dapat menjadi energi sosial yang menopang pembangunan daerah secara holistik dan berkelanjutan.
Usai sambutan, Bupati secara simbolis melepas keberangkatan rombongan dengan harapan perjalanan berjalan lancar dan jamaah kembali dalam keadaan sehat dan membawa haji yang mabrur.
Acara pelepasan ini menjadi cerminan bagaimana seorang pemimpin daerah tidak hanya hadir dalam kebijakan, tetapi juga dalam dimensi spiritual yang memperkuat legitimasi moral di tengah masyarakat.
